Tuesday, 21 May 2013

Gaya Kepemimpinan


Menurut Rivai bahwa gaya kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin baik yang tampak maupun tidak tampak untuk mempengaruhi bawahannya agar tujuan organisasi tercapai. Dalam definisi lain, kepemimpinan diartikan sebagai pola perilaku dan strategi yang sering diterapkan oleh pemimpin kepada bawahannya.

Menurut Fiedler’s Contingency Model bahwa gaya kepemimpinan setiap individu hanya efektif dalam situasi tertentu. Fiedler menyatakan bahwa daripada mengajar orang untuk mengubah gaya kepemimpinannya, lebih baik dalam pelatihan kepemimpinan harus berkonsentrasi pada membantu memahami gaya kepemimpinannya sendiri dan belajar bagaimana manipulatif situasi sehingga keduanya cocok. Dalam teori ini, tidak semua gaya kepemimpinan tepat diterapkan untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Penerapan gaya kepemimpinan akan tepat apabila sesuai dengan situasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Gaya kepemimpinan tidak perlu untuk dirubah melainkan menyesuaikan dengan kondisi yang ada terkait dengan tipe dari bawahan maupun jenis tugas pekerjaan yang harus diselesaikan dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Harsey and Blanchard yang dikutip Gibson, et. al., mengembangkan empat gaya kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
1.   Telling. The leader defines the roles needed to do the job and tells followers waht, where, how, and when to do the tasks.
2.   Selling. The provides followers with structured instructions but is also supportive.
3.   Participating. The leader and followers share in decision about how best to complete a high-quality job.
4.   Delegating. The leader little specific, close direction or personal support to followers.

Gaya telling (memberitahukan) dalam penerapannya, pemimpin sangat berperan untuk memberitahukan kepada bawahan tentang apa, di mana, bagaimana, dan kapan harus melakukan tugas. Gaya kepemimpinan ini dapat diterapkan apabila bawahan memiliki kematangan yang rendah, sehingga tanpa pemberitahuan secara jelas dan terinci bawahan tidak memahami apa yang menjadi tugas pekerjaan untuk dilakukan.
Gaya selling (menjual) dalam penerapannya pemimpin memberikan instruksi yang terstruktur yang disertai dengan dukungan. Gaya kepemimpinan ini diterapkan ketika bawahan memiliki tingkat kematangan yang rendah menuju ke tingkat sedang, di mana bawahan tidak mampu atau memiliki keterampilan yang kurang memadai, tetapi memiliki kemauan untuk bertanggungjawab dan melaksanakan tugas pekerjaan. Untuk keberhasilan pelaksanaan tugasnya, diperlukan dukungan yang diberikan pemimpin.
Gaya participating (berpartisipasi) dalam penerapannya pemimpin dan bawahan bersinergi dalam pengambilan keputusan yang terbaik dalam menyelesaikan pekerjaan agar hasilnya memiliki kualitas yang tinggi. Pemimpin mengikutsertakan bawahannya dalam pengambilan keputusan akan membuat bawahan mengoptimalkan perannya dalam mengerjakan tugas pekerjaannya. Hal ini dikarenakan dengan keikutsertaannya tersebut membuat dirinya merasa bahwa keputusan yang diambil menjadi bagian dalam dirinya dan tanggungjawab untuk diwujudkan. Kepemimpinan partisipatif menjadi bawahan merasa nyaman dalam bekerja dan dorongan untuk berprestasi. Gaya kepemimpinan ini dapat diterapkan bagi bawahan yang memiliki kematangan tingkat sedang ke tingkat tinggi, di mana dirinya memiliki kemampuan namun dirinya tingkat kemauan melakukan tugas rendah. Kemauan yang rendah dapat disebabkan kurangnya partisipasi dirinya dalam pengambilan keputusan.
Gaya delegating (pendelegasian) dalam penerapannya, pemimpin sedikit memberikan arahan yang spesifik terhadap penyelesaian tugas pekerjaan. Pemimpin tidak harus memberikan dukungan yang tinggi dan menuntun bawahannya. Hal ini dikarenakan bawahan memiliki tingkat kematangan yang tinggi, di mana dirinya sudah memahami akan tugas pekerjaan dan memiliki tanggungjawab yang tinggi terhadap tugasnya itu. Pemimpin justru memberikan kesempatan dan memberikan kepercayaan bawahan dalam pengambilan keputusan tertentu terkait dengan pengembangan organisasi atau lembaga.


Menurut Path-Goal Leadership Theory dari House yang dikutip Luthan mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan, yaitu:
1) Pemimpin direktif, yaitu memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengetahui apa yang diharapkan, menjadwalkan pekerjaan yang akan dilakukan, dan memberikan pedoman yang spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas,
2) Pemimpin suportif, yaitu menunjukkan keramahan dan perhatian akan kebutuhan para bawahannya,
3) Pemimpin partisipatif, yaitu berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan sarannya sebelum mengambil keputusan,
4) Pemimpin berorientasi pada prestasi, yaitu menetapkan sasaran yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi.

Menurut teori Multiple Leadership Style, terdapat enam gaya kepemimpinan, yaitu:
(1) style of leadership the authoritative (gaya kepemimpinan otoritatif).
(2) style of leadership the coercive (gaya kepemimpinan koersif),
(3) style of leadership the affiliative (gaya kepemimpinan afiliatif),
(4) style of leadership the democratic (gaya kepemimpinan demokratif),
(5) style of leadership the pacesetting (gaya kepemimpinan penentu kecepatan),
(6) style of leadership the coaching (gaya kepemimpinan pelatihan).

Gaya kepemimpinan otoritatif digunakan ketika seorang pemimpin menghendaki bawahanya untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam gaya ini, pemimpin memberikan banyak kepercayaan dan menuntut bawahan melaksanakan tugas yang dikehendakinya. Sedangkan dalam gaya kepemimpinan koersif, seorang pemimpin hanya menuntut bawahan untuk melakukan apa yang dikatakan bukan apa yang harus ditiru atau yang harus dilakukan seperti yang pemimpin lakukan. Dalam gaya koersif, pemimpin tidak menghendaki bawahan mengikuti apa yang dilakukan atau perbuatannya tidak boleh ditiru oleh bawahan. Kecenderungan gaya kepemimpinan koersif, seorang pemimpin tidak memberikan keteladanan, sehingga membuat dirinya tidak memiliki kedekatan ikatan secara psikologis dengan bawahannya.
Gaya kepemimpinan afiliatif diterapkan ketika seorang pemimpin menyadari bahwa dirinya tidak akan dapat berbuat apa-apa tanpa orang-orang yang membantunya atau bawahannya. Pemimpin mengerjakan tugas-tugas yang sulit bersama bawahannya dan tidak menempatkan dirinya di atas para bawahannya, meskipun dirinya memiliki kekuatan untuk melakukannya. Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis, seorang pemimpin melibatkan bawahan untuk memberikan suara berkenaan dengan keputusan yang akan diambilnya. Kepemimpin memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berperan dan hal ini yang membuat dirinya merasa berharga. Dari hasil berbagai penelitian bahwa gaya kepemimpinan ini membuat bawahan menjadi sangat produktif.
Gaya kepemimpinan penentu kecepatan (pacesetting) dalam penerapannya seorang pemimpin membuat standar yang tinggi untuk diikuti dan dilakukan oleh bawahan dengan cara yang sama seperti yang pemimpin lakukan. Pemimpin menghendaki cara kerja bawahannya meniru cara kerjan yang telah ditunjukkannya. Sedangkan gaya kepemimpinan pelatihan atau pembinaan, seorang pemimpin menekankan pada pengembangan bawahan, yaitu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan para bawahannya. Pemimpin berperan seperti pelatih yang melakukan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan serta kemampuannya dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Menurut Mangkuprawira bahwa tidak ada resep yang umum dalam menerapkan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Ada kalanya dalam praktik kepemimpinan dapat menerapkan atau mengkombinasikan beberapa gaya kepemimpinan, namun ada kalanya hanya menerapkan satu gaya kepemimpinan. Pada suatu waktu memilih dan menerapkan salah satu gaya kepemimpinan akan memuaskan, namun dalam waktu yang berbeda justru sebaliknya. Untuk itulah diperlukan kemampuan melakukan adaptasi. Misalkan dalam suatu organisasi memerlukan pegawainya harus segera menyelesaikan tugas pekerjaan akan tepat menerapkan gaya mengarahkan dan gaya yang berorientasi tugas. Tekanan yang diberikan akan mendorong pegawai menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Namun, terkait dengan keterlibatan dalam pengambilan keputusan, maka menerapkan gaya kepemimpinan tersebut tidaklah tepat. Pegawai akan merasa puas apabila penerapakan gaya demokratis atau partisipatif justru akan memuaskan. Hal ini dikarenakan pegawai akan merasa kemampuannya dihargai dan dirinya dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada organisasi atau lembaga di mana dirinya bekerja.
Penerapan gaya kepemimpinan tergantung pada situasi dan karakteristik dari orang-orang yang bekerja pada lembaga atau organisasi. Tidak ada satu gaya kepemimpinan dapat dikatakan tepat dan hasilnya memuaskan apabila digunakan selalu dalam setiap kesempatan kerja. Penggunaan gaya kepemimpinan tergantung kesiapan para pegawai menerima tugas dan menyelesaikannya dan semuanya juga terkait karakteristik kepribadian individunya. Menerapkan gaya kepemimpinan yang kolaboratif atau kombinasi dari beberapa gaya akan dapat memberikan hasil yang tepat dan memuaskan sehingga pemimpin dapat mendorong serta menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan kajian teori-teori yang telah diuraikan, maka yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan dalam penelitian ini adalah suatu cara yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya agar melaksanakan tugas pekerjaan dengan penuh tanggungjawabnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan ini yang diukur dengan tujuh indikator, yaitu:
1) Gaya direktif, dengan indikator-indikator:
(a) memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengetahui apa yang diharapkan untuk dilakukannya,
(b) menjadualkan pekerjaan, dan
(c) memberikan pedoman yang spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas.
2) Gaya suportif, dengan indikator-indikator:
(a) menunjukkan sikap ramah kepada bawahan, dan
(b) memberikan perhatian akan kebutuhan bawahan.
3) Gaya partisipatif atau demokratif, dengan indikator-indikator:
(a) berkonsultasi dengan bawahan, dan
(b) menggunakan saran yang diberikan bawahan sebelum mengambil keputusan.
4) Gaya berorientasi pada prestasi, dengan indikator-indikator:
(a) menetapkan sasaran yang menantang, dan
(b) mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi.
5) Gaya pendelegasian, dengan indikator-indikator:
a) memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengoptimalkan kemampuannya,
b) memberikan kepercayaan bawahan dalam pengambilan keputusan.
6) Gaya Telling(memberitahukan), dengan indikator-indikator:
a) memberitahukan tentang apa yang menjadi tugas pekerjaan,
b) memberitahukan tentang bagaimana dan kapan pekerjaan dilakukan.
7) Gaya Selling (menjual), dengan indikator-indikator:
a) memberikan instruksi yang jelas,
b) Memberikan dukungan.
8) Gaya kepemimpinan koersif, dengan indikator-indikator:
a) menuntut bawahan melakukan apa yang diperintahkan,
b) meninta bawahan untuk tidak meniru apa yang dilakukan.
9) Gaya kepemimpinan afiliatif, dengan indikator-indikator:
a) mengerjakan tugas-tugas yang sulit bersama bawahannya,
b) tidak menempatkan dirinya di atas para bawahannya.
10) Gaya kepemimpinan penentu kecepatan (pacesetting), dengan indikator-indikator:
a) membuat standar yang tinggi untuk diikuti,
b) menghendaki cara kerja bawahannya meniru cara kerjan yang telah ditunjukkan pemimpin.
11) Gaya kepemimpinan pelatihan atau pembinaan (coaching) dengan indikator-indikator:
a) melakukan pembinaan,
b) meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan para bawahannya.

No comments:

Post a Comment