Sunday, 6 July 2014

Puisi - Puisi yang Terselip dalam Buku Tua

Di sore tak bertuah, hawa panas masih saja terombang ambing di bawa para pengembara angin. Aku pulang dari rantau ujung Sulawesi (minahasa). Sesampai dirumah, didalam kamar yang sempit dan pengap. Mataku tertuju pada rak buku penuh dengan abu – abu kenangan, dan buku – buku bersedih dalam ruang gelap yang tertinggal.
Diantara buku – buku dan kertas – kertas yang bertumpuk tak ada aturan, hanya satu buku yang mengingatkanku akan kenangan dulu. Buku gado – gado, berisikan catatan semasa sekolah, dan gumpalan – gumpalan perasaan yang tertuang dalam bentuk puisi.

Halaman demi halam telah aku preteli, begitu juga raut wajahku yang berganti – ganti membaca apa yang tertulis dalam buku itu. Sejenak aku terhenti di satu halaman, yang agak terasa janggal disaat aku membacanya. “ ini bukan tulisan ku, lalu siapa?? “


Garis demi garis terajut
Menghentak kebencian dalam diam
Ku berpaling , tapi tak lari
Karna kaki ini kaku
          Hati ini mati
          Hanya untuk mengingatmu




Pelangi terlukis dibalik senja
          Yang indah seperti biasa
Tapi sayang, kali ini pudar
Puing – puing itu hancur
Membaur jadi keeping tanpa hati
          Cinta yang nista
          Tanpa hati yang tersenyum
          Dengan dusta



Daun kemuning berguguran
Membelah kesunyian hati yang kesepian
Pilu menyambar malam
Dalam diam tak bertepi
          Kelelahan menghadang
          Saat dia tak kembali
          Dan aku hanya menunggu
          Dalam diam



Kulihat dia dalam mimpi
Berair mata darah dalam embun
Dia kesepian, sunyi dan sendiri
Menanti mentari dalam gelap
          Tapi sayang
          Mentari  tak jua datang
          Dan dia tetap sepi
          Menyentakkan gelap dalam mimpi



Kesepian mencumbui kenangan
Semu dalam ingatan yang terluka
Menyakitkan hati yang sendiri
Telah lama ingin aku lupakan
Dia yang seharusnya mati
Terkubur dalam puing hati
Tapi sayang dia terlalu nyata
Walau angin telah menepisnya



Apakah kau tahu tentang benci ?
          Cinta yang terlalu
membuat sakit makin mati
          dedaunan yang telah terurai gugur
seperti hatiku yang telah lelah
          menantimu hanya dalam sepi



~ semoga pemilik tulisan diatas masih ingat akan tulisannya ~

3 comments:

  1. caranya nge posting pada laman puisi ini gimana kak? mohon bantuannya

    ReplyDelete
  2. maksut saya caranya nge posting postingan biar kayak yang di laman puisi ini gimana kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. cara buat untuk full satu halaman dek..?
      klo iya, ada kode html nya.. bisa di cari di gogle kok..

      Delete