Wednesday 17 September 2014

RESUME buku yang berjudul MENGELOLA KONFLIK AGAR TIDAK MENJADI KONFLIK KEKERASAN: KASUS KEKERASAN DI KALIMANTAN BARAT

Resume pada buku yang berjudul MENGELOLA KONFLIK AGAR TIDAK MENJADI KONFLIK KEKERASAN: KASUS KEKERASAN DI KALIMANTAN BARAT yang di tulis oleh Prof. Drs. H. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc. Beliau menyatakan bahwa potensi konflik kekerasan di Kalimantan Barat paling besar bahkan terbesar di Indonesia yang dilihat dari segi baik besarnya harta benda dan nyawa yang banyak memakan korban yang diakibatkan oleh lamanya kekerasan berlangsung. Pada umumnya ada dua tahapan konflik dan kekerasan dalam masyarakat saat ini: tahapan itu yaitu perbadaan pendapat dan tahapan lanjutan, yaitu kekerasan. Konflik lebih tepat disebut dengan perbedaan pendapat/pemikiran/ide yang memicu terjadinya kekerasan.

Proses-proses konflik yang terjadi dapat berkembang menjadi kekerasaan yang lebih tepat disebut konflik kekerasan yang dapat emicu kekerasan yang lebih besar. Kekerasan atau pertikaian pada umumnya berujud tindakan, perkataan, sikap, berbagai struktur/ sistem yang menyebabkan kerusuhan secara fisik, mental, sosial atau lingkungan dan atau menghalangi seseorang atau kelompok orang untuk meraih potensinya secara penuh. Dalam memahami konflik dan kekerasan, seorang peneliti, petugas perdamaian atau pendamai dan pengambil kebijakan, dapat memahami faktor utama penyebab timbulnya konflik dan kekerasan atau pertikaian dalam suatu masyarakat, kawasan atau daerah. Dengan menggunakan cara pandang tertentu, misalnya persepektif budaya atau non budaya, para penggunanya tampaknya cenderung dapat mengungkapkan faktor utama sebagai penyebab konflik atau kekerasan yang terjadi di masyarakat.

Penyebab utama konflik dan pertikaian tergantung sepenuhnya pada persepektif faktor yang digunakan. Persepektif yang dianut dan digunakan memiliki keterkaitan  dengan faktor penyebab dalam arti bahwa nama persepekif dalam memandang fenomena konflik dan kekerasan memiliki persamaan dalam nama dengan faktor penyebabnya.

Tiga Dimensi Kekerasan: Manajemen Konflik, Pencegahan dan Penyelesaian kekerasan 

Misalkan kita setuju bahwa perbedaan konflik atau konflik merupakan proses awal kea rah kekerasan, maka kita dapat mencegah terjadinya perbedaan konflik atau pendapat yang terjadi agar kekerasan tidak berlangsung yang bisa menyebabkan banyak yang kenilangan harta benda dan korban nyawa yang berjatuhan. Tiga dimensi konflik dan kekerasan berdasarkan model Fisher mengandung pembagian tugas yang secara sinergis dapat dilaksanakan oleh pemerintah agar dapat mencegah terjadinya kekerasan, para pemerintah dan tokoh tidak saja mencegah terjadi dan terulang kembali setiap pelanggaran dan tindak kejahatan  pada dimensi pertama tampak dan dimensi ketiga tak tampak tetapi juga memproses, menggiringdanmenindak para pelanggar hukum.

Sistem ketidak-adilan, korupsi berjamaah penghancuran sistem demi kepentingan ekonomi jangka pendek, dan berbagai makelar kasus (MARKUS), dapat dikurangi dan dihancurkan. Masalah berkaitan denga dimensi kedua kekerasan tak tampak seperti sikap, perasaan dan nilai-nilai kekerasan, merupakan kewajiban dan tanggung jawab para tokoh sosial masyakarat dan kepemimpinan informal dan tradisional untuk mengatasi, memperbaiki dan mencegahnya dalam bentuk mengelola setiap perbedaan agar tidak menjadi konflik kekerasan dan terbuka. Didandingkan dengan daerah lain di Indonesia, khususnya dengang 4 provinsi lainnya di Kalimantan, Kalbar memiliki potensi konflik dan kekerasan terbesar bahkan mungkin di Dunia. Dalm hal ini , penulis menemukan bahwa setiap 30 tahunan sekali pertikaian besar-besaran telah terjadi di Kalbar.

Konflik dan pertikaian dalam 4 lingkaran kekerasan 30 tahunan terjadi tidak sama dalam intensitas dan frekuensinya dikawasan-kawasan pedalaman Kalbar juga terjadi saling berbeda. Dalam perbedaan pendapat lebih intensif dibandingkan dengan kawasan kota. Mungkin pemikiran orang pedalaman lebih agresif.


ABSTRAK

Menurut penulis menjelaskan bahwa konflik dan perbedaan pendapat yang akan perujung pada kekerasan itu adalah penyebab utama yang terjadi pada masyarakat ini. Hal ini yang menyebabkan banyak orang-orang yang melakukan tindak kekerasan dan pertikaian kehilangan harta benda dan korban nyawa yang banyak pula. Sehingga dalam tindakan kekerasan ini harus di cegah agar tidak banyak orang yang kehilangan nyawa dan hartanya atau pun kehilangan sanak keluarganya. Adapun korupsi juga menjadi penyebab faktor yang mengundang kekerasan yang mengkibatkan penghancuran sistem kemi kepentingan ekonomi jangka pendek.


Kata Kunci: konflik, kekerasan, faktor


TANGGAPAN

Menurut saya kekerasan yang diakibatka oleh perbedaan pendapat dan konflik yang berkelanjutan harus dicegah atau dihindari. Karena dalan hal ini kekerasan banyak memakan korban yang kehilangan harta benda dan nyawa sekaligus. Maka saya beranggapan konflik dan perbedaan pendapat harus diselesaikan agar tidak terjadi kekerasan. Mungkin saya menyarankan untuk menghindari kekerasan dengan cara:
1. Menghindari terjadinya pendapat dan konflik yang berbeda.
2. Menghindari segala tindakan yang brujung kekerasan.
3. Keikut sertaan Pemerintah dalam penyelesaian pendapat dan konflik.
4. Harus berfikir poitif dalm penyelesaian masalah.
Sehingga konflik dan perbedaan pend apat dapat terhindari tanpa ada kekerasaan.


No comments:

Post a Comment