Di
sore tak bertuah, hawa panas masih saja terombang ambing di bawa para
pengembara angin. Aku pulang dari rantau ujung Sulawesi (minahasa). Sesampai
dirumah, didalam kamar yang sempit dan pengap. Mataku tertuju pada rak buku
penuh dengan abu – abu kenangan, dan buku – buku bersedih dalam ruang gelap
yang tertinggal.
Diantara
buku – buku dan kertas – kertas yang bertumpuk tak ada aturan, hanya satu buku
yang mengingatkanku akan kenangan dulu. Buku gado – gado, berisikan catatan
semasa sekolah, dan gumpalan – gumpalan perasaan yang tertuang dalam bentuk
puisi.
Halaman
demi halam telah aku preteli, begitu juga raut wajahku yang berganti – ganti membaca
apa yang tertulis dalam buku itu. Sejenak aku terhenti di satu halaman, yang
agak terasa janggal disaat aku membacanya. “ ini bukan tulisan ku, lalu siapa??
“
Garis demi garis terajut
Menghentak kebencian dalam diam
Ku berpaling , tapi tak lari
Karna kaki ini kaku
Hati ini mati
Hanya untuk
mengingatmu